Featured 1
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 2
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 3
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 4
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Featured 5
Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.
Kamis, 21 Mei 2015
Pengalaman
Sabtu, 02 Mei 2015
Sekolah Sebagai Inkubator Kewirausahaan, Keterampilan & Moral
Sangat wajar bila kualitas generasi muda Indonesia tertinggal dari banyak negara lain di dunia. Apa yang dipelajari di sekolah biasanya sebagian besar akan dilupakan begitu memasuki dunia kuliah atau dunia kerja. Jadi sangat sayang jika para siswa siswi sekolah harus menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah dan di rumah untuk mempelajari sesuatu yang kurang bermanfaat di masa yang akan datang. Seharusnya sekolah juga mempersiapkan para muridnya untuk siap terjun ke masyarakat umum sebagai insan-insan yang mapan, berperilaku baik, memiliki kedewasaan, beriman bertakwa dan siap bersaing di dunia nyata.
Pendidikan yang baik harus bisa menelurkan orang-orang yang siap bekerja. Bukan melahirkan orang-orang yang harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau belajar banyak hal lagi untuk bisa bersaing di dunia kerja. Bila perlu para siswa sekolah dididik sedemikian rupa agar mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan juga lapangan pekerjaan bagi orang lain tanpa mengganggu keseimbangan permintaan dan penawaran sumber daya manusia (SDM) pada pasar tenaga kerja yang sudah ada.
Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menjadikan Sekolah Lebih Baik Lagi :
1. Mengurangi Pelajaran Teori yang Tidak Penting dan Meniadakan Pekerjaan Rumah (PR)
2. Lebih Menekankan Pada Pendidikan Moral dan Agama Sebagai Pondasi Utama
3. Menyiapkan Pendidikan Keterampilan di Berbagai Bidang Sesuai Minat, Bakat dan Kemampuan
4. Setiap Siswa Harus Bisa Berdagang (Jual Beli) Sebagai Modal Awal Bertahan Hidup
5. Para Siswa Sudah Mempunyai Bisnis yang Terus Dibimbing Walau Telah Lulus Sekolah (Modal Disiapkan oleh Pemerintah, Swasta dan Dermawan)
6. Setiap Siswa Sudah Memiliki Penghasilannya Sendiri Hasil dari Bisnis yang Dijalaninya
7. Menjadikan Sekolah Sebagai Markas Awal Bisnis Para Siswanya yang Buka 24 Jam
8. Menyediakan Fasilitas Menginap Bagi Siswa yang Membutuhkannya
9. Para Siswa Diberi Tugas Magang Jangka Panjang di Lingkungan Kerja Orang Dewasa Untuk Menghilangkan Sifat Kekanak-Kanakan
10. Siswa yang Telah Bagigh (Dewasa) Diperbolehkan Menikah untuk Belajar Menjadi Dewasa
Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang dapat dijadikan sebagai revolusi mental para generasi muda kita lewat sekolah. Sekolah seharusnya tidak lagi menzalimi murid-muridnya yang tidak berbakat dalam hal menghapal materi pelajaran sekolah dan tidak lagi mengagung-agungkan murid-murid yang memiliki kemampuan menghapal luar biasa. Setiap murid harus bisa meningkatkan kemampuan dirinya sendiri melalui fasilitas sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah. Sekolah hanya bertindak sebagai fasilitator dan inkubator saja.
Dengan menjadikan siswa mandiri, mapan, soleh, tangguh dan berkepribadian dewasa di sekolah maka seseorang tidak perlu lagi melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi untuk mendapatkan ijazah sebagai modal bekerja. Para siswa sekolah dibina dan dididik sedemikian rupa agar dapat memiliki penghasilannya sendiri yang di atas rata-rata dan memiliki kedewasaan yang baik ketika memasuki usia baligh yaitu kurang lebih sekitar 15 tahun sistem kalender hijriah.
Diharapkan tidak ada lagi siswa yang menomorsatukan ijazah dan nilai ketika mengenyam pendidikan di sekolah. Tidak ada lagi ujian-ujian teori yang akan membuat peserta didik stress dan bahkan bunuh diri. Tidak ada lagi tawuran pelajar, pelajar nongkrong, kenakalan remaja, prostitusi remaja, pacar-pacaran, stress-stressan, depresi-depresian, dan lain sebagainya pada generasi muda Indonesia. Dengan adanya kesibukan siswa pada bisnis yang menghasilkan dan keluarga kecilnya diharapkan mampu membuat generasi muda kita cepat menjadi dewasa dan meninggalkan berbagai tingkah laku buruk yang dilakukan oleh para pendahulunya.
Jurusan-jurusan yang Terdapat di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Jurusan merupakan suatu tempat untuk seorang pelajar yang tempat tersebut disesuaikan dengan bakat, minat, dan kemampuannya, sehingga dalam hal ini penjurusan sangat penting/ besar dampaknya bagi masa depan seseorang. Di Sekolah Menengah Atas terdapat tiga jurusan (3) yang dikenal oleh siswa. Tiga jurusan tersebut antara lain :
a. Jurusan IPA
Jurusan IPA disini adalah jurusan yang mempelajari atau mengungkap mengenai gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah agar siswa paham dan menguasai konsep alam. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari empat aspek yaitu Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.
b. Jurusan IPS
IPS merupakan suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, dan pelajaran yang berkaitan dengan ilmu sosial.
c. Jurusan IPB
IPB merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan ilmu kebahasaan baik dari segi bentuk bahasa, unsur bahasa, dan sampai budaya terbentuknya sebuah bahasa. IPB terdiri dari sejumlah mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang dan Antropologi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memasuki jurusan tersebut.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk memasuki jurusan-jurusan yang terdapat di SMA yaitu :
a. Mata pelajaran yang menjadi keunggulan pada jurusan tersebut harus memenuhi standar KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.
b. Disesuaikan dengan hasil rekomendasi dari hasil Tes Psikologi yang telah didapatkan oleh siswa.
c. Melihat minat siswa terhadap jurusan yang diinginkan.
d. Mendapatkan persetujuan dari orang tua siswa.
e. Pertimbangan dari guru BK di sekolah yang bersangkutan
Permasalahan yang Dihadapi Siswa dalam Memilih Jurusan
Seiring berjalannya waktu, sekarang ini sering dijumpai kasus terkait tentang permasalahan dan kendala-kendala yang dialami siswa dalam menentukan jurusan yang tepat bagi diinya sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Beberapa permasalahan yang hingga sekarang ini sering ditemui itu diantaranya yaitu:
1. Siswa bingung dan belum tahu harus memilih jurusan apa yang tepat bagi dirinya. Hal ini dikarenakan siswa belum memiliki kebulatan tekad dalam menentukan karirnya di masa depan.
2. Dalam memilih jurusan siswa tidak memilih jurusan sesuai dengan bakat yang dimilikinya, tetapi hanya berdasarkan minat dan ketertarikannya pada suatu hal objek/profesi suatu pekerjaan (misalnya polisi atau perawat). Hal ini disebabkankarena siswa belum mengetahui potensi dan bakat yang dimilikinya. Jadi siswa masih mengandalkan minatnya saja, tanpa menghiraukan bakat yang dimilikinya.
3. Pemilihan jurusan diwarnai dengan adanya pengaruh dari orang lain (orang tua,teman). Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sejalan dengan perkembangannya banyak siswa yang memilih suatu jurusan tertentu atas dasar perintah (paksaan) dari orang tua mereka. Namun tidak sedikit pula siswa yang memilih jurusannyaatas dasar ikut-ikutan pilihan temannya. Hal ini menyebabkan pilihan siswa terhadap jurusan yang dipilihnya tidak murni dari hati nurani, melainkan ada factor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Berdasarkan paparan di atas, maka kita selaku calon konselor perlu memahami berbagai hal terkait dengan layanan dan permasalahan yang ada dalam bimbingan di bidang karir, agar nantinya ketika dilapangan, kita bisa lebih mudah dalam menangani permasalahan yang dialami konseli terkait dengan karirnya.
Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Permasalahan dalam Memilih Jurusan
Secara umum terdapat dua faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan dalam pemilihan jurusan di SMA/Ma sederajat, yaitu:
1. Faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Potensi, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa sangat mempengaruhi pemilihan jurusan siswa. Sejauh ini banyak siswa yang mengalami kendala dalam pemilihan jurusan yang disebabkan karena siswa belum mengetahui minat, bakat dan poensi yang dimilikinya.
2. Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar diri siswa. Teman sebaya dan lingkungan sekitar juga memberikan pengaruh besar dalam memilih jurusan di SMA/Ma. hal ini disebabkan karena masih ada sejumlah siswa yang memilih jurusan berdasarkan ikut-ikutan teman sebayanya. Selain itu lingkungan sekitar pun turut mempengaruhi prioritas pilihan siswa. hal ini sesuai dengan siswa yang memilih jurusan berdasarkan kuantitas jurusan di masing-masing lingkungan sekitar mereka.
PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN YANG UMUM
DIAMBIL SAAT MEMILIH JURUSAN
Berikut adalah pertimbangan-pertimbangan yang umumnya diambil ketika memilih jurusan:
1. Teman
Satu-satunya alasan mereka memilih sebuah jurusan adalah karena teman baiknya memilih jurusan itu. Sebagian berkelit beralasan demi solidaritas dengan teman. Salah. Bukan itu alasan sebenarnya. Yang sesungguhnya, mereka cari rasa aman. Langkah tersebut dilakukan sebagai antisipasi agar mengurangi stres saat masuk kuliah di tempat baru. Adanya teman di tempat baru akan membuat mereka lebih percaya diri; kecemasan mereka berkurang.
2. Hanya Tahu Informasi Jurusan Tertentu
Sebagian orang memilih jurusan karena hanya tahu informasi jurusan itu. Faktanya, sebagian besar siswa hanya mengenal jurusan-jurusan melalui profesi-profesi yang pernah didengar atau ditemuinya, seperti Kedokteran dan Keperawatan (karena dokter dan perawat biasa ditemui di Rumah Sakit), Hukum (karena pengacara sering muncul di media massa), dan seterusnya. Tidak sedikit pula yang tahu jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi karena terkait dengan profesi orang tua mereka. Bukan hal aneh bila anak-anak mengikuti jurusan yang dulunya dipilih oleh orang tuanya. Sebagai misal Eka dan Dido. Eka berniat masuk jurusan psikologi karena ibunya adalah seorang psikolog. Dido pun berniat masuk jurusan akuntansi karena ayahnya dulu kuliah di akuntansi. Tidak heran jika sebagian besar siswa hanya mampu menyebutkan tidak lebih dari 20 jurusan di Perguruan Tinggi. Padahal, jurusan di Perguruan Tinggi sangat beragam. Ada ratusan jurusan yang tersedia yang bisa dipilih.
Jika hanya tahu 20 jurusan, lalu bagaimana dengan 80% sisanya? Mengapa mereka tidak tahu? Sederhana saja, karena mereka tidak mau tahu. Maklum, jurusan-jurusan itu bukanlah jurusan-jurusan yang familiar. Dalam bahasa gaul, “bukan jurusan beken.” Oleh karena kurang beken, maka mereka pun tidak tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut. Akibatnya, mereka pun tidak tahu apa-apa. Ujung-ujungnya jurusan-jurusan yang kurang beken itu pun terlupakan. Padahal, jurusan-jurusan yang sering dianggap kurang beken justru seringkali merupakan jurusan yang paling prospektif di masa depan. Mereka hanya tidak tahu.
3. Pertimbangan Kemudahan
Alasan lain yang juga banyak dipertimbangkan oleh banyak siswa ketika memilih jurusan adalah kegampangan kuliah. Ukuran yang digunakan adalah pelajaran “berat” saat SMA, seperti matematika, fisika, atau kimia. Mereka mengira bahwa jurusan-jurusan yang tidak ada pelajaran “berat”nya akan menjanjikan kemudahan. Jadilah mereka memilih jurusan-jurusan tanpa pelajaran berat itu. Inilah yang sering dijadikan pertimbangan ketika masuk jurusan-jurusan sosial.
4. Pertimbangan Finansial
Kuliah memerlukan biaya. Namanya biaya mempunyai sumber. Umumnya sumber biaya kuliah adalah orangtua. Oleh karena itu, mau tidak mau pilihan jurusan yang diambil disesuaikan dengan kondisi ekonomi orangtua. Banyak siswa yang tidak bisa memilih jurusan yang diincarnya gara-gara secara finansial mereka tidak sanggup. Maklum, sebagian jurusan memerlukan biaya kuliah lebih mahal di bandingkan jurusan lainnya. Oleh sebab itu, banyak siswa yang memilih jurusan-jurusan yang berbiaya murah plus murah juga dalam biaya hidup.
5. Pertimbangan Karir dan Prospek Ekonomi di Masa Depan
“Aku pengin jadi pengacara. Bayarannya besar. Bisa terkenal. Kalau ada apa-apa pasti polisi nggak berani berbuat macam-macam,” tutur Bayu saat di tanya mengapa dia memilih jurusan hukum. Tika lain lagi, “Aku milih farmasi karena bayarannya gede. Langka. Gampang dapat kerjanya.” Begitupun dengan Edo, “Akuntansi dong, biar kerja di bank yang duitnya gede.”
Begitulah yang banyak dilakukan orang ketika memilih jurusan, yakni mempertimbangkan karir di masa depan. Mereka meraba-raba prospek karir masa depan dari setiap jurusan. Akibatnya ada jurusan-jurusan yang dianggap basah karena menjanjikan karir yang bagus setelah lulus, tapi ada juga jurusan-jurusan yang dianggap kering karena tidak jelas menjanjikan karir seperti apa usai lulus kuliah. Jurusan-jurusan yang dianggap favorit biasanya adalah jurusan yang dipandang memberikan janji karir menggiurkan, terutama secara finansial. Bahkan ada banyak orang yang sengaja datang ke psikolog bukan untuk tahu potensi terbesarnya, tapi hanya untuk bertanya, “Apa ya jurusan-jurusan yang paling banyak menghasilkan uang setelah kelak lulus?”
6. Pertimbangan Cinta
Mirip dengan faktor teman, faktor asmara rupanya kerap menjadi pertimbangan seseorang memilih jurusan. Banyak orang yang memilih sebuah jurusan karena orang yang dicintainya (pacarnya) memilih jurusan itu atau menyarankan jurusan itu, atau jurusan itu ada di Fakultas yang sama dengan pilihan atau tempat kuliah pacar. Padahal, fakta membuktikan kalau pacar saat SMP atau saat SMA sangat jarang yang bisa berlanjut hingga menikah. Sebagian besar putus di tengah jalan. Masalahnya, saat jatuh cinta, mana mereka mau tahu dengan kenyataan itu. Mereka yang sedang kasmaran hanya bisa memikirkan bagaimana caranya agar dekat-dekat dengan pacarnya; seterusnya, selamanya.
7. Pertimbangan Orang Tua
Orangtua seringkali dominan dalam menentukan jurusan yang dipilih anaknya. Selera orangtua yang menentukan jurusan yang diambil anaknya. Pada sebagian kasus, biasanya orangtua menghendaki anaknya masuk jurusan yang sama dengan dirinya dulu sewaktu kuliah. Orangtua yang dokter menginginkan anaknya masuk kedokteran. Orangtua yang pengacara menginginkan anaknya masuk jurusan hukum. Orangtua yang arsitek ingin anaknya masuk arsitek juga. Kabar baiknya, jika orangtua benar-benar merasa cocok dan pas di sebuah jurusan dan mengharapkan anaknya mengikuti jejaknya, ada kemungkinan si anak akan berhasil. Mengapa? Kamu pasti tahu dengan pepatah, “Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga.” Artinya, biasanya bakat, minat dan kepribadian anak tidak jauh-jauh dari orangtuanya. Jadi, apa yang cocok dengan orangtua seringkali juga cocok untuk anaknya. Masalahnya, tidak semua anak mirip orangtuanya. Antara anak dan orangtua sering terdapat perbedaan karakter yang cukup jauh. Jadi, jurusan yang cocok untuk orangtua tidak selalu cocok untuk anaknya.
Pertimbangan berat orangtua memilihkan jurusan untuk anaknya biasanya berkutat di persoalan prospek karir di masa depan. Mereka jeli melihat karir-karir yang sekiranya bakal memberikan jaminan karir bagus untuk anaknya. Jadi, sang anak pun diminta memilih jurusan-jurusan itu. Sebab, bagaimanapun namanya orangtua selalu menginginkan anaknya memiliki kehidupan yang berhasil. Mereka cemas jika anaknya kelak tidak memiliki kehidupan yang sukses. Mereka takut hidup anaknya terlunta-lunta. Mereka ingin anaknya hidup berkecukupan. Para orangtua biasanya berprinsip: “Tidak apa-apa kami hidup susah demi anak. Yang penting anak-anak kami kuliah di tempat bagus agar kelak memiliki kehidupan lebih baik ketimbang kami.” Nah, mengerti bukan, mengapa para orangtua ingin agar anaknya mengambil jurusan yang lebih memberikan prospek karir cerah di masa depan?
8. Perlawanan atau Kemandirian
Sebagian orang memilih jurusan dengan tujuan untuk melakukan perlawanan terhadap orangtua. Mereka sengaja memilih jurusan yang tidak dikehendaki orangtua dan kuliah di Perguruan Tinggi yang juga tidak diinginkan orangtua. Mereka ingin menunjukkan kemandiriannya. Apabila kemudian orangtua justru mendukung pilihan jurusannya, mereka justru beralih minat ke jurusan lainnya. Mereka berprinsip: “Jurusan apapun bagus untukku, asalkan bukan jurusan yang dimaui orangtuaku.” Jadi, pertimbangan mereka semata-mata agar bertentangan dengan kehendak orangtua. Biasanya, hal tersebut terjadi pada orang-orang yang bermasalah dengan orangtuanya dan menuduh orangtua sebagai sumber dari semua masalahnya. Mereka pun menentang orangtua habis-habisan. Dengan gagah mereka memproklamasikan diri untuk tidak mengikuti apa pun kemauan atau pertimbangan orangtua. Mereka bilang: “Ini hidupku. Jangan campuri!”
9. Ketertarikan Sesaat
Suatu ketika, serombongan mahasiswa dari jurusan X dari sebuah Universitas datang ke sekolah. Mereka menceritakan berbagai macam tentang jurusan itu; cara masuknya, hal-hal yang menarik dari sana, hingga prospek kerjanya di masa depan. Pada saat kelulusan, puluhan siswa di sekolah itu berbondong-bondong mendaftar di jurusan X. Dari sisi para mahasiswa yang berorasi itu, fenomena berbondong-bondongnya siswa mendaftar merupakan keberhasilan misi. Pertanyaannya: apa yang terjadi dengan para siswa itu? Jawabnya simpel: mereka tergoda.
Agak sedikit mengejutkan bahwa pertimbangan memilih jurusan yang sedemikian krusial itu ternyata hanya berlandaskan rasa ketergodaan sesaat. Proses psikologis yang mendasarinya tidak jauh berbeda dengan penjual baju yang menggembor-gemborkan kehebatan suatu produk, lantas kamu tertarik dan membelinya. Saat ada penjual lain yang lebih hebat dalam merayu, kamu pun tertarik lagi dan kembali membelinya. Ketika datang penjual lainnya dengan gaya membujuk yang lebih canggih, lagi-lagi kamu membelinya.
Sumber ketergodaan tidak melulu orasi langsung dari seseorang yang berasal dari jurusan. Lebih sering, ketergodaan itu datang dari bacaan-bacaan. Membaca buku X tentang kisah jurusan Y, dia tertarik jurusan Y. Membaca kisah orang berhasil dari jurusan K, dia tertarik jurusan K. Demikian seterusnya. Jurusan yang paling menimbulkan rasa tergoda terdalam adalah jurusan yang akan diambil.
Terkadang, ketergodaan sesaat itu memang tidak membawa efek negatif karena ternyata jurusan itu yang memang paling pas untuk dirinya. Akan tetapi, sering juga kurang pas karena sebenarnya itu bukan jurusan yang sesuai untuknya.
10. Pertimbangan Kecocokan
Pertimbangan berikutnya adalah pertimbangan kecocokan pribadi; baik dari sisi minat, nilai-nilai pribadi, bakat, kepribadian maupun latar belakang keluarga. Mula-mula dicari tahu profil pribadinya seperti apa. Lantas, dipilihlah jurusan terbaik berdasarkan karakter pribadinya itu, plus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan diri yang dikombinasi dengan pertimbangan prospek karir. Bimbingan karir semacam itulah yang biasanya dilakukan oleh para konselor karir.
Nah, pertimbangan apa yang kamu miliki ?????????? ^_^